Jumat, 15 April 2011

“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” (Ali bin Abi Thalib)



Pengantar
Pesan bijak di atas kiranya perlu kita renungkan. Selain ucapan itu berasal dari pribadi yang luhur dan saleh, isi ucapan itu juga mengandung makna yang sangat dalam: MENJADI PENULIS.
Tahukah Anda bahwa seorang penulis itu dimuliakan? Pemuliaan penulis ini merupakan penepatan janji Allah dalam salah satu ayatnya: Allah akan mengangkat derajat orang-orang berilmu menjadi beberapa derajad. Makna kata derajad di atas tentu adalah kemuliaan. Pembuktian kemuliaan itu dapat diketahui melalui dua cara, yaitu mulia di dunia (kaya materi) dan mulia di akhirat (ahli surga). Pernahkah Anda melihat penulis miskin? Awal Januari 2008 kemarin, BNSP menawarkan kerja sama dengan penulis buku agar menyusun untuk dibeli dengan harga Rp 175 juta/ buku. Bayangkanlah jika ada seorang penulis dapat meloloskan 5 buku. Berapa yang yang dimilikinya? Mulia di akhirat pun dapat mengambil contoh pribadi Imam Bukhari, Imam Ahmad, Imam Hanafi, dan imam-imam yang lain. Beliaulah mungkin orang yang paling mulia karena keikhlasannya menulis hadist nabi tanpa berharap royalti. Berapa banyak manusia di dunia ini yang selalu mengutip pendapat-pendapat yang berasal dari buku-buku yang pernah ditulisnya. Sungguh, semoga Allah memuliakan pribadi-pribadi itu di sisinya.

Keuntungan Menjadi Penulis Buku
Zaman telah berubah. Sekarang zaman ilmu pengetahuan dan teknologi. Tuntutan agar dapat mengikuti perkembangan itu telah diwajibkan kepada manusia untuk mencari ilmu. 90% ilmu pastilah berada dalam sebuah buku. Lalu, mengapa Anda tidak tertarik menjadi penulis buku?
Menjadi penulis buku berarti Anda akan menjadi pribadi profesional. Ini disebabkan Anda menjadi pribadi yang dapat mengeluarkan isi otak menjadi wacana. Tidak semua prang diberi kelebihan itu. Saat ini, Anda menjadi mahasiswa FKIP. Dua-tiga tahun lagi, Anda akan lulus sebagai sarjana pendidikan dan akan menjadi guru. Tahukah Anda bahwa guru dan menulis ibarat sekeping mata uang yang saling mendukung. Di saat isu sertifikasi guru deras mengalir, itu sebenarnya hanyalah setetes air di ujung jari jika dibandingkan dengan menjadi penulis buku. Mengapa? Karena guru yang menjadi penulis buku mempunyai 10 keuntungan, yaitu:
  1. mendakwahkan ilmu dengan cara baik dan bijaksana. Metode dakwah atau menyiarkan ilmu yang paling baik adalah dengan menuliskannya. Artinya, seorang penulis sebenarnya juga seorang misionaris, dai, mubaligh, atau pun guru. Jika ia menulis dengan niat ikhlas berdakwah, maka ia tidak hanya mendapatkan keuntungan materi, tetapi akan mendapatkan lebih dari itu, yaitu keuntungan rohani/pahala;
  2. menguasai materi pelajaran dengan lebih baik. Ketika menulis buku, sebenarnya guru telah belajar untuk materi pelajaran yang akan diajarkan. Secara otomatis, materi pelajaran itu dikuasai dengan lebih, bahkan sangat baik;
  3. bertambah kewibawaan dan kesahajaannya di depan siswa. Seorang guru yang menguasai materi pelajaran dengan baik, ia akan disegani, dihormati, penuh percaya diri dan tampak lebih berwibawa di depan siswa;
  4. menjadi teladan di lingkungan kerja dan masyarakat karena tidak berteori saja. Istilah lain : tidak jarkoni (iso ujar tidak bisa nglakoni= bisa bicara tak bisa menjalaninya). Ketika telah menunjukkan kemampuannya mengimplementasikan ide menjadi sebuah buku, seorang guru akan dikenal dan terkenal di masyarakat. Kemampuannya itu akan menem-patkan dirinya sebagai figur atau teladan;
  5. memperoleh keuntungan finansial yang lebih dari cukup. Awal Januari 2008 lalu, pemerintah melalui BSNP, Badan Standar Nasional Pendidikan, melakukan sosialisasi penulisan buku ajar. Untuk buku yang dinyatakan lolos, pemerintah akan membelinya dengan banderol Rp 100 juta – Rp 175 juta per judul. Bayangkan jika ada seorang penulis mampu meloloskan lima buah buku. Ia telah menganthongi uang tak kurang dari Rp 500 juta. Itu yang menggunakan sistem beli hak cipta. Sekarang, bandingkanlah yang meng-gunakan jalur royalti. Saat ini, perusahaan penerbitan memberikan royalti berkisar 5% – 10%. Bayangkanlah jika sebuah buku dicetak 100 ribu per judul. Berapakah royalti yang akan diterimanya? Maka, adakah seorang penulis yang miskin?;
  6. mengkomunikasikan idenya dengan leluasa. Penulis adalah raja. Ia dapat berbuat apa saja dengan tulisannya. Kebebasan berekspresi dan mengekspresikan ide akan membuahkan ide-ide cemerlang. Semakin sering penulis menuangkan ide, ia akan semakin pandai dan matang dalam menulis;
  7. dapat menguatkan, menolak, dan memunculkan ide atau gagasan baru karena terus belajar. Ketika menulis, seorang penulis akan mengendapkan atau sedimentasi ide. Penulis akan menyelaraskan setiap ide yang ditemukan. Jika ditemukan keganjilan, penulis akan melakukan pembandingan ilmiah. Akhirnya, apakah ide itu ditolak, dikuatkan, atau justru menemukan ide baru;
  8. dapat menemukan metode pembelajaran yang paling tepat. Ini disebabkan karena guru telah menguasai materi pelajaran. Ketika materi pelajaran telah dikuasai, penulis buku yang juga seorang guru akan menemukan metode pembelajaran dengan tepat. Penulislah yang paling tahu materi dan metode pembelajaran yang paling tepat digunakan;
  9. berkesempatan berjumpa dengan petinggi negara. Ketika surat keterangan lolos BSNP akan diberikan, seorang penulis akan diundang pejabat berwenang untuk menerima SK tersebut secara langsung. Itulah saat paling membahagiakan karena dapat berjumpa dengan orang yang selama ini hanya dapat dilihat melalui media. Sudah diundang, diberi uang saku, diberi akomodasi, tiket pesawat gratis, dan lain-lain;
  10. 10. berkesempatan untuk menjadi pembicara, narasumber, atau tamu pada forum ilmiah. Lagi-lagi, keuntungan berlipat akan didapat. Keuntungan untuk mempromosikan buku hasil tulisannya, mendapatkan sertifikat sebagai pembicara, dikenal dan terkenal, men-dapatkan keuntungan uang saku, mendapatkan kesempatan untuk berbagi pengalaman, dan lain-lain.
  11. dapat menaikkan pangkat dan golongan secara cepat. Untuk kenaikan pangkat dan golongan dari IVa ke IVb, seorang guru dituntut dengan kemampuan menulis karya ilmiah sejumlah 12 poin. Berdasarkan pedoman Penilaian Angka Kredit (PAK), sebuah buku ajar yang lolos bernilai 12,5 poin. Artinya, dengan sebuah buku, seorang guru sudah lebih dari cukup untuk nongkrong di golongan IVb:
Menjadi Penulis Buku Ajar
Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam perbuatan menulis, yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai media tulisan, meliputi kosakata, struktur kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.

Menulis bukan pekerjaan yang sulit melainkan juga tidak mudah. Untuk memulai menulis, setiap penulis tidak perlu menunggu menjadi seorang penulis yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali dua kali. Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-menulis. Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis. Artinya, kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi yang bagaimana pun seorang penutur asing yang belajar di Indonesia dapat melakukannya. Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab yang harus dipertahankan. Itulah salah satu kiat, teknik, dan strategi yang ditawarkan oleh David Nunan (1991: 86—90) dalam bukunya Language Teaching Methodology. Dia menawarkan suatu konsep pengembangan keterampilan menulis yang meliputi: (1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan, (2) menulis sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatu produk, (3) struktur generik wacana tulis, (4) perbedaan antara penulis terampil dan penulis yang tidak terampil, dan (5) penerapan keterampilan menulis dalam proses pembelajaran.

Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur kalimat (McCrimmon, 1967: 122).
Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) (Supriadi, 1997). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan dalam menuliskannya. Kendatipun secara teknis ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam mengungkapkan gagasan. Banyak orang mempunyai ide-ide bagus di benaknya sebagai hasil dari pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca. Akan tetapi, begitu ide tersebut dilaporkan secara tertulis, laporan itu terasa amat kering, kurang menggigit, dan membosankan. Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa yang digunakan monoton, pilihan katanya (diksi) kurang tepat dan tidak mengena sasaran, serta variasi kata dan kalimatnya kering.

Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, penyusunan sebuah tulisan memuat empat tahap, yaitu: (1) tahap persiapan (prapenulisan), (2) tahap inkubasi, (3) tahap iluminasi, dan (4) tahap verifikasi/evaluasi. Keempat proses ini tidak selalu disadari oleh para pembelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Namun, jika dilacak lebih jauh lagi, hampir semua proses menulis (esai, opini/artikel, karya ilmiah, artistik, atau bahkan masalah politik sekali pun) melalui keempat tahap ini. Harap diingat, bahwa proses kreatif tidak identik dengan proses atau langkah-langkah mengembangkan laporan tetapi lebih banyak merupakan proses kognitif atau bernalar.
Menjadi penulis buku berarti menjadi pengubah sejarah: dari tidak tahu menjadi tahu, dari miskin menjadi kaya, dari hina menjadi mulia. Menjadi penulis buku hanya memerlukan satu modal: KETEKUNAN. Ini berarti faktor bakat dan materi/ modal tidak menjadi faktor penghambat kesuksesan seseorang. Ketekunan dapat dimiliki siapapun, termasuk Anda. Bagaimanakah mengawali menjadi penulis buku yang baik?

Jika motivasi kuat untuk menjadi penulis sudah dimiliki, seorang penulis dapat memulai untuk berkarya. Jika itu sudah dimiliki, seorang penulis buku tinggal memilih jenis buku yang akan ditulisnya. Jenis buku ada bermacam-macam. Berdasarkan isinya, buku diklasifikasikan menjadi dua, yaitu buku fiksi dan buku nonfiksi. Berdasarkan peruntukan-nya, buku diklasifikasikan menjadi buku umum dan buku sekolah. Berdasarkan tujuannya, buku diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu buku ajar dan buku pengayaan. Inilah yang akan dibahas.
Buku ajar adalah buku yang digunakan dalam proses kegiatan belajar. Buku ajar dikenal pula dengan sebutan buku teks, buku materi, buku paket, atau buku panduan belajar. Untuk menjadi penulis buku ajar, dapat diawali dengan tahapan-tahapan berikut.
  1. Membaca dan menelaah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD). SKKD adalah standar isi buku yang mengacu kepada kurikulum yang sedang digunakan.
  2. Menyusun peta konsep. Peta konsep adalah sistematika pendistribusian materi yang mengacu kepada SKKD .
  3. Mengumpulkan materi yang relevan dengan SKKD untuk dijabarkan sesuai dengan peta konsep. Materi ini harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan, aktualitas, kemenarikan, kegunaan, dan eksklusivisme.
  4. Membaca buku ajar yang telah dinyatakan lolos BSNP agar memperoleh inspirasi dan dapat membuat modifikasi.
  5. Memahami instrumen penilaian buku ajar yang telah ditetapkan BSNP (Lihat lampiran 3). Ini disebabkan setiap buku ajar harus dinilaikan ke BSNP agar diperoleh standar isi yang sama.
  6. Mengembangkan materi sesuai dengan peta konsep. Akan lebih baik jika diawali dari tingkat kebahasaan yang dikuasai.
  7. Merefleksikan koherensi materi dalam satu bab/unit untuk ditemukan kekurangan.
  8. Minta pertimbangan pihak lain untuk memberi kritikan atau in put.
  9. Buku siap dicetak
Menembus Dunia Penerbitan (Publishing)
Sudah siapkah naskah buku Anda untuk diterbitkan? Percuma seorang penulis jikalau naskah itu tidak dipublikasikan. Keinginan untuk berbagi ilmu dengan pembaca dan menjadi terkenal kandas di tengah jalan. Untuk menghindari keadaan yang demikian, Anda perlu melakukan beberapa hal berikut ini.
  1. Cobalah Anda sering bersosialisasi dengan kalangan penulis, kritikus, resensator, dan penerbit. Sampaikan bahwa Anda mempunyai naskah buku yang menarik dan belum ada pesaingnya. Jika penerbit belum tertarik, mintalah nomor telepon dan alamat penerbit agar suatu saat dapat berkomunikasi lagi. Anda pun dapat mencari alamat penerbit di buku telepon atau lewat internet.
  2. Jika penerbit mulai tertarik, cobalah Anda selalu berkomunikasi dengan pihak penerbit, khususnya editor. Ini agar terjalin komunikasi dan mempermudah langkah Anda menuju dunia penerbitan. Editor adalah orang yang akan mengemas buku Anda sesuai karakteristik penerbit atau perusahaan. Di tangannyalah nasib naskah buku Anda ditentukan.
  3. Jika naskah perlu perbaikan atau revisi, sebaiknya Anda mengikuti saran itu agar kesempatan itu tidak terbuang. Lakukan dan berikanlah naskah terbaik agar Anda menjadi anak emas penerbit. Setiap penerbit mempunyai karakteristik atau spesifikasi sendiri. Ini berkaitan dengan tujuan sebuah penerbitan, yaitu meraih untung atau profit.
  4. Setelah naskah dianggap baik, Anda akan diberi dua opsi atau pilihan : beli putus atau royalti. Beli putus artinya naskah Anda dibeli tunai dan hak cipta telah berpindah tangan. Sistem royalti yaitu sistem bagi hasil sesuai dengan jumlah buku yang terjual. Royalti untuk penulis berbeda-beda. Namun, royalti penulis Indonesia berkisar 5% – 10% dari harga buku. Kedua sistem ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.
  5. Jika naskah buku Anda belum beruntung diterbitkan, Anda dapat menjualnya melalui iklan, internet, hand out atau diproduksi sendiri. Oleh karena itu, Anda perlu menambah wawasan tentang dunia publishing.
  6. Agar produktivitas menulis makin baik, cobalah Anda selalu mengikuti even atau kegiatan, semacam lomba/sayembara menulis, bedah buku, diskusi, dan lain-lain. Ini bertujuan lebih dari sekadar silaturahmi. Dengan mengikuti kegiatan tersebut, trend buku yang menjadi best seller beserta dengan kelebihan buku telah Anda dapatkan.
  7. Sering-seringlah Anda membaca buku best seller. Buku dikatakan best seller pasti mempunyai kelebihan yang tidak ditemukan dalam buku lain. Maka, inspirasi Anda pun berkembang dan bertambah.
  8. Jika suatu saat Anda diundang untuk mengikuti suatu even, manfaatkanlah even itu untuk mempromosikan kemampuan Anda. Tonjolkanlah melalui kemampuan Anda berkomunikasi dan menguasai isi buku yang Anda tulis dengan baik dan benar.
  9. Jika ada pihak lain mengajak untuk berkolaborasi atau bekerja sama menulis buku, janganlah kesempatan itu Anda buang. Gunakanlah kepercayaan itu sebagai batu loncatan untuk menjadi penulis terkenal. Ingatlah, bahwa pohon tumbuh tinggi dan besar berawal dari sebutir biji.
  10. Jika Anda telah terkenal dan dikenal, peliharalah nama baik Anda dengan selalu konsisten terhadap ilmu yang telah Anda tulis. Ingat, lebih mudah meraih daripada menjaganya. Bersikaplah ringan kaki untuk pergi menyampaikan kebenaran. Jangan kikir berbagi. Banyak memberi akan banyak menerima.
Nah, kini Anda telah menjadi penulis profesional. Seorang pribadi yang mampu mengimplementasikan pikiran dan kecemerlangan ide menjadi sebuah buku. Anda akan dikenal banyak orang dan dikenang sejarah. Bahkan, Anda telah menjadi seorang yang serba kaya : kaya ilmu dan kaya harta.

DAFTAR PUSTAKA
McCrimmon, James M. 1967. Writing With a Purpose. Boston: Houghton Mifflin Company.
Moh. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nunan, David. 1991. Language Teaching Methodology. New York: Prentice Hall.
Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Partoyo. 2007. Upaya Meningkatkan Minat dan Kompetensi Menulis Karangan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan CTL (PTK, Tesis). Surakarta : UNS.
Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi.
Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Permendiknas No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
Pusbuk Depdiknas. 2008. Sosialisasi Penilaian Standar Buku Teks Pelajaran 2008 (Periode 1). Solo : Pusbuk-Ikapi Jawa Tengah.
Soedomo Hadi. 2005. Pendidikan (Suatu Pengantar). Surakarta: LPP dan UNS Press.
Tompkins, Gail E. 1990. Teaching Writing Balancing Process and Product. New York: Macmillan Publishing Company.
***
*) Johan Wahyudi lahir di Sragen, 4 Agustus 1972. Mulai mengembangkan kreativitas menulis dengan mendirikan LPM Ekspresi IKIP Yogyakarta pada 1991. Pernah menjabat sebagai Ketua Penyunting Majalah Pendidikan Matras. Saat ini, beliau menjadi penulis buku di PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri dan di CV Aviva. Buku ajar yang telah ditulis dan dinyatakan lolos BSNP di antaranya Cakap dan Kreatif Berbahasa Indonesia SMP Kelas 7,8,9 dan Bahasaku Bahasa Indonesia SMP (Platinum) Kelas 7,8,9. Buku pengayaan yang telah ditulis yaitu Juara Pidato dan 30 Panduan Praktis Lomba Kemahiran Berbahasa. Buku yang sedang dikerjakan Meniti Jejak Sang Guru, Membangun Kepribadian (Personality Building) dan Apresiasi Pelangi Nusantara. Selain itu, LKS SMP Pakar, Modul Maestro, dan Modul SMK Master adalah karyanya juga. Tulisan berbentuk artikel atau feature dapat dibaca di beberapa media cetak lolal dan nasional. Saat ini, penulis sedang belajar di Pascasarjana UNS.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda